Kumpulan Makalah

Sabtu, 20 Agustus 2011

Kompetensi Guru Profesional


BAB I
PENDAHULUAN

I.  Latar belakang masalah
Guru memegang peranan yang penting dalam proses belajar mengajar. Dipundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha kependidikan persekolahan.
Sementara itu, mengajar bukan tugas yang ringan bagi guru. Konsekuensi tanggung jawab guru juga berat. Di kelas, guru akan berhadapan dengan sekelompok anak didik dengan segala persamaan dan perbedaannya. Sikap dan perilaku anak didik bervariasi dengan indikator pendiam, suka bicara, aktif belajar, gemar menggambar, gemar menulis, malas dan sebagainya. Sebagai anak didik mereka masih memerlukan bimbingan dan pembinaan dari guru supaya menjadi anak yang cakap, aktif, kreatif dan mandiri serta bertanggung jawab atas perbuatannya.
Karena tugas guru yang berat itu, maka mereka yang berprofesi sebagai guru harus menguasai prinsip-prinsip mengajar dan selalu aktif-kreatif menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu tidak ada kesan mengajar asal-asalan. Mengerti atau tidak anak didik, yang penting gugur kewajiban di kelas.
Guru harus mempunyai kompetensi profesional sehingga dapat menjawab kegamangan sebagian orang tua yang kadang-kadang merasa cemas ketika menyaksikan anak-anak mereka berangkat ke sekolah, karena masih ragu akan kemampuan guru anak merka.

II. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang seperti diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
  1. Bagaimanakah seharusnya kompetensi guru profesional ?
  2. Permasalahan apa saja yang dihadapi dalam meningkatkan profesionalitas guru  ?.
  3. Apakah metode mengajar itu  ?
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

I.     Kompetensi  Guru Profesional
Secara sederhana kompetensi berarti kemampuan[1]. Suatu jenis pekerjaan tertentu dapat dilakukan seseorang jika ia memiliki kemampuan. Jika dikaji lebih dalam lagi, “kemampuan atau kompetensi” ternyata mempunyai arti cukup luas. Karena kemampuan bukan semata-mata menunjukkan pada keterampilan dalam melakukan sesuatu.
Kompetensi profesional guru menggambarkan tentang kemampuan yang ditentukan kepada sesorang yang memangku jabatan sebagai guru. Artinya kemampuan yang ditampilkan itu menjadi ciri keprofesionalannya.Secara umum kompetensi seorang guru merujuk pada empat faktor, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial (kemasyarakatan).[2]
Keempat kompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)   Kompetensi Pedagogik, kompetensi ini merujuk kepada kemampuan guru untuk mengelola proses belajar mengajar, termasuk di dalamnya perencanaan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar mengajar dan pengembangan siswa sebagai individu-individu
2)   Kompetensi Pribadi, kompetensi ini mengkaji dedikasi dan loyalitas guru. Mereka harus tegar, dewasa, bijak, tegas, dapat menjadi contoh bagi para siswa dan memiliki kepribadian mulia.
3)   Kompetensi Profesional, kompetensi ini merujuk pada kemampuan guru untuk menguasai materi pembelajaran. Guru harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai subyek yang diajarkan, mampu mengikuti kode etik profesional dan menjaga serta mengembangkan kemampuan profesionalannya.yaitu mempunyai pengetahuan yang memadai tentang mata pelajaran yang dipegangnya.
4)   Kompetensi Sosial, kompetensi ini merujuk pada kemampuan guru untuk menjadi bagian dari masyarakat, berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan para siswa, para guru lain, staf pendidikan lainnya, orang tua dan wali siswa serta masyarakat.

II.   Permasalahan yang dihadapi dalam Meningkatkan Profesionalisme.

Suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional dalam bidang kependidikan tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan kemampuan merencanakan dan melaksanakan tugas.[3] Dalam mewujudkan kemampuan profesional, seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan yang dapat menghambat perwujudannya. Secara garis besar permasalahan yang dapat menjadi hambatan tersebut adalah :

1, Sikap Konservatif guru
Tak sedikit diantara para guru yang lebih senang melaksanakan tugas sebagaimana yang biasa dilakukan dari waktu ke waktu. Keadaan semacam ini menunjukkan kecenderungan tingkah laku guru yang lebih mengarah pada mempertahankan cara yang biasa dilakukan dalam melaksanakan tugas, atau ingin mempertahankan cara lama (konservatif), mengingat cara  yang dipandang baru pada umumnya menuntut berbagai perubahan dalam pola-pola kerjanya.
Tumbuhnya sikap konservatif di kalangan guru, diantaranya dikarenakan oleh adanya pandangan yang dimiliki guru yang bersangkutan tentang mengajar. Guru yang berpandangan bahwa mengajar berarti menyampaikan materi pembelajatan, cenderung untuk bersikap konservatif atau cenderung mempertahankan cara mengajar dengan hanya sekedar menyampaikan materi pembelajatan. Sebaliknya, guru yang berpandangan bahwa mengajar adalah upaya memberi kemudahan belajar, selalu mempertanyakan apakah tugas mengajar yang dilaksanakan sudah berupaya memberi kemudahan bagi siswa untuk belajar.

2, Lemahnya motivasi untuk meningkatkan kemampuan
Dorongan untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan tugas profesional sebagai guru seharusnya muncul dari dalam diri sendiri dan hal ini lebih baik dari dorongan yang muncul dari luar. Dorongan semacam ini tidak bersifat sementara, dan menjadi prasyarat bagi tumbuhnya upaya meningkatkan kemampuan.

3. Ketidak pedulian terhadap berbagai perkembangan
Sikap konservatif mempunyai kaitan dengan sikap tidak peduli terhadap berbagai perkembangan dan kemajuan dalam dunia pendidikan. Dewasa ini telah banyak dicapai berbagai perkembangan dalam dunia pendidikan yang bertujuan meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Informasi tentang hal itu  banyak diperoleh dari berbagai literature, buku-buku teks, majalah, jurnal dan pemberitaan berbagai media massa. Setiap perkembangan atau kemajuan yang dicapai merupakan alternativ bagi guru untuk berupaya meningkatkan mutu pembelajaran yang dilaksanakan.


III. Metode mengajar

Metode mengajar ialah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar. Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaktif edukatif, metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.[4]
Mengingat mengajar pada hakikatnya merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar, metode yang digunakan oleh guru diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar bagi pelajar sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan perkataan lain, proses belajar-mengajar merupakan proses interaksi edukatif antara guru yang menciptakan suasana belajar dan pelajar yang memberi respon terhadap usaha guru tersebut. Oleh sebab itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar bagi pelajar dan upaya guru dalam memilih metode yang baik merupakan upaya untuk mempertinggi mutu pengajaran atau pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.


A.   Prinsip Umum Metode  Mengajar
Di masa lalu pengajaran dipandang sebagai proses pengisian otak dengan pengetahuan. Sejalan dengan pandangan tersebut, metode yang digunakan guru banyak berpusat pada metode ceramah, bagaimanapun sifat bahan ajar dan situasi yang dihadapinya. Lahirnya teori-teori baru yang menjelaskan karakteristik belajar membawa perubahan pada watak pengajaran dan memunculkan berbagai metode mengajar.[5]
Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak memungkinkan siswa belajar proses (learning by process), bukan hanya belajar produk (learning by product). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif. Sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif (sikap) maupun psikomotor (keterampilan). Oleh karena itu metode pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses.

B.   Pertimbangan Menetapkan Metode Mengajar
Tidak ada suatu metode mengajar yang lebih baik daripada metode yang lain. Tiap-tiap metode memliki kelemahan dan kekuatan. Ada metode yang tepat digunakan terhadap pelajar dalam jumlah besar ; ada pula yang tepat digunakan terhadap pelajar dalam jumlah kecil. Ada yang tepat digunakan di dalam kelas; ada pula yang tepat digunakan di luar kelas. Kadang-kadang guru tampil mengajar lebih baik dengan menggunakan metode ceramah dibanding dengan memberi kebebasan bekerja kepada pelajar. Kadang-kadang pula suatu bahan pengajaran lebih baik disampaikan dengan kombinasi beberapa metode ketimbang dengan hanya satu metode. Atas dasar itu, tugas guru adalah memilih metode yang tepat untuk digunakan dalam menciptakan proses belajar-mengajar.
Pemilihan metode mengajar yang tepat terkait dengan efektifitas pengajaran, dan efektifitas ini dapat dipelajari. Ketepatan penggunaan metode mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, meliputi sifat dan tujuan belajar yang hendak dicapai, kebutuhan untuk memperkaya pengalaman belajar seperti meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik pelajar. Kemampuan pelajar yang tercakup dalam tugas, pengelolaan waktu, pemilihan apa yang harus disampaikan, mengetahui di mana dan bagaimana menerapkan kekuatan guru seefektif mungkin dan menentukan prioritas yang tepat. Guru hendaknya memperhatikan faktor-faktor tersebut ketika mengambil keputusan tentang metode mana yang akan digunakannya. Untuk itu ia perlu memiliki keahlian dan keterampilan yang tinggi untuk menyeimbangkan persyaratan yang satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut di atas antara lain : Tujuan yang hendak dicapai, keadaan pelajar, bahan pengajaran, situasi belajar mengajar dan fasilitas.

C.   Kekuatan dan kelemahan metode-metode
Setiap metode memiliki kekuatan dan kelemahan. Karenanya, tidak dapat dipastikan bahwa suatu metode baik dan metode yang lain buruk. Baik atau buruknya metode itu tergantung pada banyak faktor. Oleh sebab itu, tugas guru dalam menetapkan metode ialah mengetahui dan mempertimbangkan batas-batas kekuatan dan kelemahan metode yang akan digunakan. Pengetahuan dan pertimbangan itu memungkinkannya untuk merumuskan kesimpulan mengenai hasil penilaian tujuan putusannya. Batas-batas kekuatan dan kelemahan setiap metode dapat diketahui dari cirri-ciri atau sifat-sifat umum, peranan, dan atau manfaatnya, yang membedakan dari metode yang lain.
Setelah memperhatikan prinsip-prinsip umum metode mengajar dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penetapannya, guru dapat memilih metode mana yang tepat untuk ia gunakan diantara sejumlah metode yang telah diinventarisasi oleh para penulis dan pendidik. Diantaranya dapat dikemukakan di sini metode-metode : ceramah, Tanya jawab, diskusi (diskusi kelompok), demontrasi, tugas belajar dan resitasi, kerja kelompok, sosiodrama (role playing), pemecahan masalah (problem solving), system regu (team teaching), karyawisata (field-trip), manusia sumber (resource person), simulasi, tutorial, studi kasus, curah gagasan (brain storming), studi bebas, kelompok tanpa pemimpin, dan latihan (drill), dan latihan kepekaan (dinamila kelompok).

IV.  Kreativitas guru
Para guru dipandang sebagai orang yang paling mengetahui kondisi pelajar dan permasalahan pelajar yang dihadapi oleh siswanya karena hampir setiap hari berhadapan dengan mereka. Guru kreatif selalu mencari cara bagaimana agar proses belajar mengajar mencapai hasil sesuai tujuan serta berupaya menyesuaikan pola-pola tingkah lakunya dalam mengajar sesuai dengan tuntutan pencapaian tujuan, dengan mempertimbangkan faktor situasi kondisi belajar siswa.[6]
Guru yang tidak kreatif karena mengambil metode yang kurang tepat untuk diterapkan pada siswa dapat menghambat keberhasilan proses belajar mengajar. Contoh konkritnya adalah apabila dalam metode pembelajaran guru hanya menerapkan system hafalan saja. Materi yang ditransfer guru harus dihafal oleh siswa, hal ini menyebabkan siswa terbebani dengan berbagai teori akibatnya mereka malas untuk membaca buku-buku bacaan yang lain yang bisa memberikan pencerahan wawasan.




















BAB III
PENUTUP

Dalam UU nomer 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bab II pasal 3:11 dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan di atas tentunya harus diciptakan suasana belajar yang kondusif yang didukung oleh tenaga pengajar yang profesional. Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, maka tergantung pada kemampuan para tenaga pengajar. Guru sebagai pendidik dan pengajar harus bisa menjalankan tugasnya dengan baik serta tampil mengesankan dihadapan anak didiknya. Guru harus mampu mentransfer ilmu pengetahuan yang diajarkannya secara detail dan materi yang disampaikan mudah ditangkap dan dipahami murid, sehingga mereka bersemangat di tengah suasana belajar yang menyenangkan. Guru harus mampu menyajikan dan mentransfer materi pelajaran dengan tepat serta mampu menguasai strategi atau metode pembelajaran yang efektif. Guru harus menyiapkan materi pelajaran yang akan diajarkan,melaksanakan dan mengevaluasi hasil belajar siswa.
Selain itu, guru harus menguasai bidang-bidang pengetahuan tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip pendidikan dan keguruan, seperti Psikologi Pendidikan, Pengembangan Kurikulum, Metode Pembelajaran, Metodologi Pendidikan, Bimbingan dan Penyuluhan, Administrasi Pendidikan dan ilmu-ilmu lain yang membantu dalam proses belajar mengajar.







DAFTAR PUSTAKA

Drs. Lukmanul Hakiim, Perencanaan Pembelajaran, CV.Wacana Prima, Bandung 2007
Drs. H. Abu Ahmadi,Dra. Nu Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT. Rineka Cipta, Jakarta 203
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Drs. H.M. Suparta, MA.,Drs. Herry Noer Aly, MA. Metodologi Pengajaran Agama Islam, Amissco, Jakarta, 2008
Prof. Dr. Made Pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2005
    




[1] Drs. Lukmanul Hakiim, M.Pd. Perencanaan Pembelajaaran CV Wacana Prima, Bandung. Cet. Kedua : 2008
[2] Ibid
[3] Prof. Dr. Made Pidarta Perencanaan Pendidikan Partisipatori Rineka Cipta,2005
[4] Drs. H.M. Suparta, MA., Drs. Herry Noer Ali, MA. Metodologi Pengajaran Agama Islam, AMISSCO, Jakarta 2009
[5] Drs. Lukmanul Hakim, M.Pd. Perencanaan Pembelajaran CV. Wacana Prima Bandung, 2008
[6] Drs. Syaiful Bahri Djamarah Psikologi Belajar Rineka Cipta, Jakarta, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar