Kumpulan Makalah

Minggu, 21 Agustus 2011

REAKSI QURAISY MUSYRIK TERHADAP NABI DAN ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN
I.  Latar belakang masalah
Muhammad SAW. dilahirkan pada tanggal 12 Rabi’ul awal (20 April 571 M) Sebelum beliau dilahirkan, ayahnya telah meninggal dunia karena itu beliau diasuh oleh kakeknya yaitu Abdul Muthalib dan setelah kakeknya meninggal, beliau diasuh oleh saudara ayahnya yaitu Abu Thalib. Di rumah Abu Thalib itulah beliau dididik. Beliau membantu Abu Thalib mengurus perniagaan dan pernah pergi ke Syam selagi beliau belum dewasa.
Di waktu Muhammad berumur 14 tahun terjadilah perang fijar ke IV antara Quraisy dan Kinanah di satu pihak, dan Hawazin di pihak lain. Peperangan ini dinamakan perang fijar karena terjadi pada bulan-bulan yang dilarang berperang di dalam bangsa Arab yaitu, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab.
Salah satu dari usaha Muhammad yang terpenting sebelum diutus menjadi Rasul ialah berniaga ke Syam membawa barang-barang perniagaan Khadijah binti Khuwailid, dengan di temani oleh sahaya Khadijah bernama Maisarah. Perniagaan ini menghasilkan laba yang banyak dan menyebabkan adanya pertalian antara Muhammad dan Khadijah sehingga kemudian mereka kawin. Waktu itu Muhammad berumur 25 tahun dan Khadijah sudah janda berumur 40 tahun.
Di dalam semua fase hidupnya, Muhammad terkenal berbudi pekerti yang baik, tidak suka meminum khamar, tidak suka mendatangi tempat-tempat permainan dan perjudian dan tidak pernah memuji berhala bahkan beliau amat benci kepada berhala-berhala itu dan kepada agama yang di anut oleh bangsa arab. Karena budi pekertinya yang luhur, beliau diberi julukan “ Al-amin”
Dikala nabi Muhammad mencapai usia 30 tahun, beliau ikut bekerja memperbaharui Ka’bah dan membawa batu bersama-sama orang Quraisy. Setelah pekerjaan selesai dan ketika akan meletakkan Hajar aswad ketempatnya, maka terjadilah perselisihan antara suku-suku Quraisy tentang siapa yang akan meletakkan Hajar aswad ditempatnya semula.
Perselisihan pendapat ini nyaris menimbulkan peperangan di antara mereka, mujur mereka kemudian mendapat jalan tengah untuk keluar dari perselisihan tersebut yaituu, mereka sepakat akan menyerahkan penyelesian perselisihan kepada orang yang pertama datang ke mesjid melalui pintu Syaibah. Kebetulan nabi Muhammad adalah orang yang pertama kali datang. Lalu mereka berseru. “Inilah Al-Amin, kami setuju dia menyelesaikan perselisihan ini “.
Setelah orang Quraisy menceritakan kepada nabi Muhammad tentang perselisihan di antara mereka, nabi Muhammad kemudian berfikir sejenak lalu kemudian menghamparkan jubahnya dan meletakkan Hajar aswad di atasnya dan mepersilahkan masing-masing kabilah untuk memegang tepi kain dan mengangkat Hajar aswad sampai sejajar dengan tempatnya. Kemudian nabi Muhammad sendiri yang mengambil Hajar aswad dan meletakkan ditempatnya semula. Mereka semua rela dengan penyelesaian semacam ini.
Nabi Muhammad kerap kali mengasingkan diri untuk berfikir tentang alam semesta dan Pencipta alam semesta ini. Tiap tahun beliau mengasingkan diri di gua Hira’ selama sebulan. Kekayaan yang di dapatnya dari hasil perkawinannya dengan Khadijah, telah memberikan kesempatan kepadanya untuk lebih banyak mengasingkan diri dan berfikir. Usianya yang bertambah lanjut menyebabkan dapat berfikir lebih mendalam dan budi pekertinya yang luhur menjadikan jiwanya lebih suci. Sementara itu Allah telah menumpahkan inayah-Nya kepada beliau, maka menghunjamlah pada jiwanya keinginan hendak mencurahkan perhatian dan waktu untuk mengasingkan diri. Istri beliaupun memberikan dukungan yang penuh terhadap keinginan ini. Disediakannya makanan untuk bekal nabi Muhammad dalam pengasingan di gua Hira’. Di sana beliau mengasingkan diri dan berfikir tentang alam dan khaliknya, tentang mati dan keadaan manusia sesudah mati dan lain-lain.

II. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang seperti diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai beikut :
  1. Bagaimanakah nabi Muhammad menerima Wahyu ?
  2. Bagaimanakah fase-fase dakwah yang dilakukan oleh nabi Muhammad setelah menerima wahyu  ?
  3. Bagaimanakah reaksi Quraisy Musyrik terhadap dakwah Nabi Muhammad tersebut  ?
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

I.  Nabi Muhammad Menerima Wahyu
Setelah sekian lama nabi Muhammad mengasingkan diri di gua Hira’, maka pada tanggal tujuh belas bulan Ramadhan, turunlah malaikat Jibril kepada nabi Muhammad dan memanggilnya, lalu berkata :
-          Bacalah !
-          Saya tidak pandai membaca
-          Bacalah !
-          Saya tidak pandai membaca
إقرأ باسم ربك الذي خلق. خلق الإنسان من علق. إقرأ وربك الأ كرم. الذي علم بالقلم. علم الإنسان ما لم يعلم. (العلق 1-5)
Bacalah atas nama Tuhanmu yang telah menjadikan makhluk. Dia telah menjadikan manusia dari segumpal darah beku. Bacalah ! Tuhan engkaulah yang amat pemurah. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tiada diketahuinya”. (Al-‘Alaq 1-5)
Ayat-ayat Al-Qur an inilah yang pertama diturunkan. Ayat ini belum menyuruh nabi Muhammad untuk mengajak manusia pada suatu agama dan belum juga diberi tahukan kepadanya bahwa dia atalah utusan Allah. Akan tetapi ayat-ayat ini mengesankan sesuatau yang luar biasa yang belum diketahui oleh nabi Muhammad. Itulah sebabnya beliau segera kembali kerumahnya dalam keadaan gemetar, apalagi beliau dipeluk dengan keras oleh Jibril beberapa kali kemudian dilepaskan dan disuruhnya membaca sebagaimana di atas.
Sesudah Jibril turun yang pertama kali itu, dia tidak datang lagi beberapa lamanya dan nabi sendiri selalu menantikan kedatangan Jibril. Beliau selalu juga datang ke gua Hira’ sebagaimana kebiasaannya.
Pada suatu hari kedengaranlah oleh beliau bunyi dari langit dan ketika beliau melihat ke atas, tampaklah oleh beliau malaikat Jibril dalam bentuk aslinya. Melihat pemandangan itu, tubuh nabi Muhammad bergetar dan pulang kerumahnya dalam keadaan takut. Sesampainya di rumah, beliau terus tidur sambil berkata kepada istrinya : “ Selimutilah aku ! Selimutilah aku!”.
Maka nabi diselimuti oleh istrinya. Dalam keadaan demikian, datanglah Jibril menyampaikan firman Allah :
يآ أيها المدثر. قم فأنذر. وربك فكبر. وثيابك فطهر. والرجز فاهجر. ولا تمنن تستكثر. ولربك فاصبر. (المدثر 1- 7)
Hai orang yang berselimut ! bangun dan beri peringatanlah ! Hendaklah engkau besarkan Tuhanmu ! Dan bersihkanlah pakaianmu !. Jauhilah perbuatan dosa!. Janganlah engkau memberi karena hendak mendapat balasan banyak !. Hendaklah engkau sabar karena Tuhanmu !”. ( Al Muddatsir 1-7)
Ayat-ayat inilah yang pertama menyuruh nabi untuk mengajak kepada agama Allah dan dengan demikian mulailah fase dakwa kepada agama yang baru itu.

II. Fase-fase seruan kepada agama Islam
Pada fase pertama dakwah kepada agama Islam, nabi mengajak keluarga dan sahabatnya yang paling karib. Pada fase ini dakwah dilakukan secara diam-diam dan dari rumah ke rumah. Mereka diajak kepada pokok-pokok agama Islam, yaitu : percaya adanya Allah dan meninggalkan pemujaan kepada berhala.
Pada fase ini ada beberapa orang yang telah dapat menerima dakwah nabi, yaitu : Istri beliau Khadijah binti Khuwailid, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid sahaya beliau serta Abu bakar Asshiddiq.
Banyak orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu bakar. Mereka terkenal dengan julukan “Assaabiqunal awwalun” (orang-orang yang lebih dahulu masuk Islam) Mereka tersebut adalah : Usman bin Affan, Zuber ibnul Awwan, Sa’ad ibnu Abi waqas, Abdurrahman bin Auf, Thalhah ibnu Ubaidillah, Abu ubadah ibnul Jarrah dan Al-Arqam ibnu Abil Arqam.Bahkan rumah Al-Arqam ibnu Abil Arqam dijadikan markas dakwah kepada Agama Islam. Di samping mereka, banyak pula hamba sahaya dan orang-orang miskin yang masuk Islam.
Fase kedua Da’wah Rasulullah adalah da’wah kepada keluarga beliau bani Abdul Mutthalib. Fase ini dimulai sesudah turunya Firman Allah :
وأنذر عشيرتك الأقربين (الشعراء 214)
“ Beri peringatanlah keluargamu yang dekat-dekat!”. (as Syu’ara’ 214)
Maka, nabi mengumpulkan mereka di suatu tempat dan ketika sudah berkumpul nabi berkata “ Menurut yang saya ketahui, belum pernah seorang pemuda membawa sesuatu untuk kaumnya yang lebih utama dari apa yang saya bawa untuk kamu. Saya bawa untuk kamu segala kebaikan dunia dan akhirat”.
Perkataan dan ajakan nabi ini disambut dengan baik dan dibenarkan oleh sebagian mereka, tetapi sebagian lagi mendustakannya. Abu Lahab yang merupakan paman nabi sangat mendustakannya, demikian juga istri Abu Lahab. Dalam hal ini Abu Lahab berkata: “ Celakalah engkau ! apa hanya untuk inikah kami engkau panggil  ?”. Sehubungan dengan perilaku Abu Lahab ini Allah menurunkan surat Al-Lahab.
Fase ketiga dari da’wah nabi adalah da’wah secara terang-terangan. Fase ini dimulai setelah turun firman Allah :
فاصدع بما تؤمر واعرض عن المشركين (الحجر 94)
Jalankanlah apa yang telah disuruhkan kepadamu dengan tegas dan berpalinglah daari orang-orang musyrik”. (Al Hijr 94)
Sesudah ayat ini turun, mulailah nabi Muhammad melakukan dakwah pada segenap lapisan masyarakat dengan secara terang-terangan, baik kepada golongan bangsawan maupun hamba sahaya, kerabat beliau sendiri atau orang-orang jauh. Mula-mula beliau berdakwah kepada penduduk Mekkah saja selanjutnya kepada penduduk negeri lain. Disamping itu juga berda’wah kepada orang-orang dari berbagai negeri yang datang untuk berhaji ke Mekkah

III Penolakan Quraisy Musyrik
Sebelum kita terangkan cara-cara yang mereka tempuh untuk membunuh dan menentang ajakan nabi, terlebih dahulu kita pahami sebab-sebab yang mendorog kaum Quraisy menentang dakwah nabi Muhammad dan menolak agama Islam dengan mati-matian.
Faktor-faktor yang mendorong mereka menentang seruan Islam adalah sebagai berikut :
1. Persaingan perebutan kekuasaan
Kaum Qurisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan atau antara kenabian dan kerajaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada agama nabi Muhammad adalah berarti tunduk kepada kekuasaan bani Mutthalib. Sedangkan suku-suku bangsa Arab selalu dalam persaingan untuk merebut kekuasaan dan pengaruh.
2. Penyamaan hak antara kasta bangsawan dan hamba sahaya.
Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap-tiap manusia digolongkan kepada kasta yang tidak boleh dilampauinya. Tetapi agama Islam yang didakwahkan oleh nabi Muhammad memberikan hak yang sama kepada semua manusia yang mana persamaan hak ini adalah sesuatu yang penting dalam agama Islam. Agama Islam memandang sama antara hamba sahaya dan tuannya. Malah hamba sahaya itu dipandang lebih mulia dari tuannya apabila dia lebih bertaqwa kepada Allah daripada tuannya tersebut. Karena itu, kasta bangsawan dari kaum Quraisy enggan menganut agama Islam, karena dianggap akan meruntuhkan tradisi-tradisi dan dasar-dasar kehidupan sosial mereka.
3. Takut dibangkitkan
Agama Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat semua manusia akan dibangkitkan dari kuburnya dan semua perbuatan manusia ketika didunia akan dihisab dan dibalas di akhirat. Orang yang berbuat baik, maka kebaikan itu akan dibalas dengan kebaikan pula sebagai mana seseorang akan disiksa karena kejahatan dan dosa-dosanya. Hal ini sangat ditakuti oleh orang-orang Quraisy karena takut kejahatan dan penganiayaan yang mereka lakukan akan dibalas di akhirat dengan perhitungan yang sangat cermat.
4.    Taklid kepada nenek moyang.
Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam sosial peribatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab. Karena iu amat beratlah terasa oleh mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama yang baru,
5.    Memperniagakan patung.(sebab materi)
Salah satu dari mata pencaharian orang Arab jahiliyah ialah memahat patung yang menggambarkan al-Lata, al ‘Uzza, manat dan hubal. Patung-patung itu mereka jual untuk di sembah. Tetapi agama Islam melarang untuk menyembah berhala dan bahkan melarang untuk memahat dan menjualnya. Karena itu saudagar-saudagar patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki mereka dan akan menyebabkan perniagaan mereka mati dan lenyap. Karena itu mereka menentang ajaran Isalam.
Sementara itu, penjaga-penjaga Ka’bah juga merasa bahwa mereka akan kehilangan kekayaan dan pengaruh yang mereka peroleh karena mengabdi kepada patung-patung dan melayani orang-orang yang datang ke Mekkah untuk mengunjungi patung-patung tersebut.

IV.Penolakan dan Penentangan Kaum Quraisy.
Pada permulaan Islam, kaum Quraisy belumlah mencurahkan perhatiannya untuk menentang agama Islam. Mereka mengira bahwa dakwah nabi Muhammad hanya satu gerakan dan tiada berapa lama tentu akan lemah dan kemudian lenyap dengan sendirinya. Akan tetapi, alangkah terkejutnya mereka ketika melihat bahwa dakwah itu dengan cepat telah memasuki rumah tangga mereka dan hamba sahaya mereka yang dahulunya mereka anggap derajatnya tidak lebih dari harta benda, telah menerima pula dakwah itu dengan baik. Karena itu, mereka cepat mencurahkan perhatian untuk menentang nabi. Pertama sekali, mereka halangi hamba-hamba sahaya dan orang-orang yang lemah. Akan tetapi setelah dakwah itu bertambah tersiar dan beberapa bangsawan Quraisy telah mulai menerima agama Islam, maka perlawanan kaum Quraisy pun bertambah pula. Perlawanan itu tidak hanya kepada hamba sahaya dan orang-orang lemah, tetapi semua penganut agama Islam tidak lepas dari penentangan mereka.. Mereka menuduh nabi mengadakan perpecahan antara orang-orang dengan keluarga dan hamba sahayanya, serta menghasut pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya, menghina nenek moyang mereka dan berhala-berhala yang mereka sembah.
Keadaan kaum muslimin yang disiksa oleh kaum Quraisy itu, amat menyedihkan sekali. Mereka sangat menderita. Karena penderitaan mereka ini, maka terpikir oleh nabi untuk mengirim pengikutnya ke negeri lain, supaya mereka terhindar dari siksaan kaum Quraisy.
Pada tahun kelima sesudah nabi diutus, nabi mengirim pengikut-pengikutnya ke negeri Habsyi. Rombongan pertama yang berangkat ke negeri tersebut terdiri atas sepuluh orang laki-laki dan empat orang perempuan. Setelah keberangkatan yang pertama, kaum muslimin yang menyusul dan hijrah ke Habsyah semakin bertambah lebih dari seratus orang. Diantaranya adalah Usman bin Affan berserta istri, Zuber ibnu Awwam, Abdurrahman ibnu Auf, Jakfar ibnu Abi Thalib dan lain-lain.
Orang-orang ini mendapat penerimaan yang baik dan penghormatan besar Dari Najasyi raja Habsyi. Hingga tatkala kaum Quraisy meminta kepada Najasyi agar mereka yang hijrah dikembalikan ke Mekkah, permohonan itu tidak diterima oleh Najasyi, bahkan mereka diperkenankan menetap di negeri Habsyi dengan aman dan sentosa.
Hijrah kaum muslimin ke negeri Habsyi itu menggoncangkan kaum Quraisy. Mereka berkeyakinan bahwa dengan hijrah itu, kaum muslimin akan bertebaran ke segenap penjuru, sehingga kaum Quraisy mulai menjuruskan perhatian kepada pembawa agama itu yaitu nabi Muhammad. Mereka hendak coba menindasnya atau membujuknya agar berhenti untuk mengajak kepada agama baru itu.
Kendatipun nabi Muhammad mendapat perlindungan dari keluarganya, terutama dari paman beliau Abu Thalib, tetapi beliau tidak luput juga dari berbagai macam penganiayaan dan siksaan. Pada saat itu pula dua orang pahlawan Quraisy masuk Islam yaitu Hamzah ibnu Abdul Mutthalib dan Umar ibnul Khattab, keduanya terkenal kuat dan keras dan dengan masuknyua kedua orang ini, maka Islam menjadi semakin kuat dan harapan kemenangan semakin bertambah.. Akan tetapi masuknya kedua orang itu juga menimbulkan reaksi yang keras dari kaum Quraisy.
Setelah beberapa kali berusaha mempengaruhi Abu Thalib agar membujuk nabi untuk menghentikan dakwah bahkan mengancam akan membunuh nabi, perlawaan kemudian mengambil langkah baru. Kaum Quraisy mengetahui bahwa kekuatan nabi Muhammad bersumber pada keluarganya. Merekalah yang melindungi dan membelanya, baik mereka yang telah menganut agama Islam atai yang masih menganut agama nenek moyangnya.
Kaum Quraisy akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pemboikotan dan embargo ekonomi terhadap bani Hasyim. Mereka menuliskan perjanjian yang digantungkan di Ka’bah yang isinya bahwa mereka tidak akan mengadakan perkawinan dan tidak akan berjual beli dengan bani Hsyim. Mereka tidak akan berbicara dan menjenguk anggota keluarga bani Hasyim yang sakit dan tidak akan ta’ziyah kepada orang yang meninggal dunia.
Pemboikotan dan embargo ekonomi yang mereka lakukan amatlah kejam sehingga bani Hsasyim menderita kesengsaraan, kelaparan dan kemiskinan. Pemboikotan dan embargo ekonomi tersebut berlangsung selama tiga tahun. Orang Quraisy yang simpati dengan penderitaan bani Hasyim akhirnya merobek-robek perjanjian tersebut sehingga pemboikotan itu dihentikan.
Sesudah sepuluh tahun nabi berdakwah, beliau kehilangan dua orang yang menjadi tulang punggung dalam melakukan tugas menyiarkan agama Islam, yaitu Abu Thalib dan Khadijah.
Dengan meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah, Rasulullah menghadapi bermacam-macam bahaya dan cobaan yang dilakukan oleh orang Quraisy. Mereka yang selama  ini tidak bisa mengusik nabi karena sungkan pada Abu Thalib, mulai berani melakukan penghinaan dan penyiksaan secara fisik kepada Nabi.
Dalam suasana yang seperti itu, setahun sebelum nabi berhijrah ke Madinah maka terjadilah peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Rasulullah melakukan perjalanan malam ke Masjid Aqsha di Palestina dan dari sana beliau naik ke Sithrathul muntaha dan pada malam itu juga kembali ke Mekkah.
Pada tahun ke sepuluh sesudah nabi diutus, ada beberapa orang bani Khazaraj dari kota Yatsrib datang ke Mekkah untuk mengerjakan haji. Mereka disambut oleh Rasulullah kemudian dan diperkenalkan dirinya kepada mereka dan diajak kepada jalan Allah. Ajakan Rasulullah ini oleh mereka diterima dengan baik dan sepulangnya mereka ke Yatsrib mereka dengan giat mengajak kaumnya kepada agama Islam. Berkat giatanya mereka, tidak ada satu rumahpun di kota Yatsrib yang tidak mendengar nama nabi dan berbincang tentang beliau.
Pada tahun kedua belas sesudah nabi diutus, ada dua belas orang laki-laki dan seorang wanita yang datang mengunjungi nabi dan mengadakan pertemuan di Aqabah. Pertemuan ini menghasilkan beberapa perjanjian yang dikenal dalam sejarah dengan “Perjanjian Aqabah yang pertama”. Isi dari perjanjian tersebut antara lain : Mereka berjanji untuk tidak mempersekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berbuat zina, tidak akan membunuh anak-anak, tidak akan fitnah memfitnah dan tidak akan mendurhakai nabi Muhammad.
Waktu orang-orang tersebut kembali ke Yatsrib nabi mengirim Mush’ab ibnu Umair untuk ikut bersama mereka. Mush’ab melakukan dakwah dengan giat di Yatsrib sehingga banyak panglima-panglima dan pemimpin-pemimpin Yatsrib yang menganut agama Islam.
Pada tahun ketiga belas sesudah nabi diuitus, kembali ada 73 orang penduduk Yatsrib yang datang berkunjung ke Mekkah dan menemui nabi. Mereka meminta kepada nabi agar berkenan hijrah ke Yatsrib dan mereka membaiat nabi Muhammad sebagai nabi dan pemimpin mereka.
Pertemuan dengan mereka juga dilakukan di Aqabah yang terkenal dengan “Perjanjian Aqabah kedua”. Dalam perjanjian Aqabah kedua ini, mereka berjanji bahwa mereka akan membela nabi Muhammad meskipun harta benda mereka akan musnah atau pemimpin-pemimpin dan orang-orang mulia di Yatsrib yang mengingkari nabi harus ditumpas dan mereka sanggup menderita dalam segala mcam keadaan.
Ketika gejala-gejala kemenangan telah mulai kelihatan di Yatsrib, nabi menyuruh sahabat-sahabat beliau untuk berpindah ke sana guna menyelamatkan mereka dari penganiayaan orang Quraisy dan mencari perlindungan kepada kaum muslimin yang baru masuk Islam di kota itu.
Pada akhirnya Allah memerintah nabi untuk juga melakukan hijrah ke Yatsrib dan setelah melalui berbagai rintangan sebagai mana yang dikenal dalam sejarah, akhirnya nabi dengan ditemani Abu bakar Asshiddiq tiba di Yatsrib.







BAB III
PENUTUP

Selama nabi Muhammad berdakwah di kota Mekkah selama itu pula nabi selalu mendapat rintangan dari orang-orang Quraisy musyrik. Pada mulanya ketika Khadijah istri nabi dan Abu Thalib yang merupakan orang yang disegani oleh orang Quraisy masih hidup, mereka hanya menghalang-halangi nabi dengan cemohan dan penghinaan. Tetapi ketika Abu Thalib meninggal dunia dan orang Quraisy merasa bahwa tidak ada lagi orang yang mereka segani, mereka bukan hanya melakukan intimidasi dan penghinaan seperti di lempari kotoran sebagainya. bahkan mereka menyiksa nabi secara fisik. Begitu pula orang-orang yang memeluk agama Islam, selalu disiksa oleh orang-orang Quraisy terutama orang-orang yang lemah dan hamba sahaya.
Tetapi, disinilah tmpak jelas kebesaran jiwa nabi Muhammad SAW. Kebesaran jiwa beliau kelihatan dengan jelas pada kemauannya yang kuat dan ketabahan hatinya menghadapi kesulitan dan kesukaran yang ditemuinya.. Tidak ada sedikitpun putus asa merasuk ke dalam hati beliau biar di waktu yang paling sulit sekalipun. Beliau senantiasa berjuang dan perjuangan ini kadang kala berhasil tetapi ada pula yang gagal. Nabi Muhammad dapat memperguinakan hasil yang baik dari perjuangannya itu juga dari kegagalan. Apabila perjuangan nabi mencapai hasil yang baik, maka beliau pupuk dan pelihara dan apabila menemui kegagalan, beliau berusaha mencari jalan keluar untuk mencapai maksudnya.
Di kala harapan untuk memperoleh kemenangan di Mekkah telah tipis, ditinggalkannya negeri tumpah darahnya itu dengan segera. Ditinggalkannya harta benda dan keluarganya untuk menuju tempat baru yang lebih subur dan lebih mempunyai kesanggupan untuk menerima benih yang baik itu. Sehingga dari kota Yatsrib yang semenjak nabi hijrah namanya dikenal dengan Al-Madinah, fajar Islam mulai menyinari seluruh belahan dunia.
Islam lahir di Mekkah, karena di Mekkah itulah nabi diutus. Akan tetapi, agama Islam tersiar dari Madinah. Masa Mekkah adalah masa dakwah dan ajakan kepada Allah yang mendapat tentangan dan penindasan dari kaum Quraisy. Sebab itu kaum muslimin di Mekkah adalah orang-orang yang memiliki akhlak Islam dan telah menjadi darah daging mereka. Tetapi mereka tidak dapat mewujudkan masyarakat Islam karena masih sedikit dan tidak berdaya. Setelah Nabi Hijrah ke Madinah dan manusia telah berbondong-bondong masuk Islam, mulailah nabi membentuk suatu masyarakat baru dan meletakkan dasar-dasar masyarakat yang besar yang ditunggu-tunggu oleh sejarah.
Dapat disimpulkan bahwa yang dilakukan nabi ketika baru tiba di Madinah antara lain, yaitu :
1.    Mendirikan Mesjid
2.    Mempersaudarakan antara anshar dan muhajirin
3.    Perjanjian bantu membantu baik antara sesama muslimin atau lainnya.
4.    Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial



















                                                   










DAFTAR PUSTAKA

1.    Prof. Dr. A. Syalabi  Sejarah dan Kebudayaan Islam I
2.    Drs. Murodi MA Sejarah Kebudayaan Islam
3.    Drs. Makruf Misbah Sejarah Kebudayaan Islam
4.    Abul Hasan Ali An-Nadawy Apa derita dunia bila Islam mundur
5.    Dr. H. Rusli Hasbi MA Kisah raja yang adil
6.    M. Mahbub Sejarah Kehidupan Rasulullah SAW
7.    KH. Idris Jauhari MA Sejarah Nabi Muhammad SAW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar